Peer
group atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah kelompok teman
sebaya, yaitu individu yang usianya hampir sama dan terikat dengan kepentingan
bersama. Menurut Santoso (Marsito dkk, 2012), peer group adalah kelompok teman
anak sebaya yang sukses di mana mereka dapat berinteraksi. Menurut Mappiare
(Baihaqie, 2012), kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di
mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota
keluarganya. Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander “peer
group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling
tergantung. Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya
ada kelompok pertemanan”. Sedangkan
menurut Vembriarto (Baihaqie, 2012), kelompok teman sebaya berarti
individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan
dalam berbagai aspeknya.
Kelompok
teman sebaya merupakan kelompok remaja dengan siapa mereka mengidentifikasi
dirinya dan mengambil standar, biasanya teman seusia, dua tahun lebih muda atau
lebih tua usianya, terdiri dari teman sekelas atau lain kelas. Mereka merupakan
teman sepermainan atau teman sekelas pada satu sekolah atau keduanya.
Berdasarkan
pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan peer group atau kelompok teman
sebaya merupakan persahabatan kelompok tertentu yang beranggotakan anak-anak,
remaja, atau dewasa dengan umur yang relatif sama dengan kepentingan dan tujuan
yang sama sehingga sehingga membentuk sikap dan tingkah laku serta mempunyai
hukum dan norma yang dibuat bersama baik digunakan di lingkungan sekolah,
tempat tinggal, maupun tempat bermain.
B. Fungsi
Peer Group
Sebagaimana
kelompok sosial yang lain, maka peer
group juga mempunyai fungsi
dan peranan. Perlu diketahui lebih dahulu tentang pengertian peer group yaitu kelompok anak sebaya yang sukses
di mana ia dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut
adalah hal-hal yang menyenangkan saja. Menurut
Santoso (1999: 85-87) Fungsi
dan peranan peer group tersebut adalah sebagai
berikut :
1)
Mengajarkan kebudayaan.
Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu.
Misalnya: orang luar
negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan
kebudayaan Indonesia.
2) Mengajarkan mobilitas sosial.
Mobilitas
sosial adalah perubahan status
yang lain. Misalnya ada
kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah
pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Seorang anak akan senang
bila masuk kedalam kelompok sebaya yang memiliki status social yang lebih
tinggi. Dengan masuk dalam status social yang lebih tinggi maka status mereka
juga akan meningkat.seorang anak yang berada dalam peer group status sosialnya akan lebur mnjadi
satu bagian dengan kelompoknya, karena identitas kelompokna berarti identitas
dirinya.
3)
Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan kesempatan
bagi anggotanya untuk mengisi peranan
sosial yang baru. Misalnya
anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin kelompok yang baik.
4) Peer group sebagai sumber
informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masyarakat. Kelompok
teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua
tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat
dibandingkan dalam kelompoknya. Peer
group di
masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil, maka
di mata masyarakat peer group itu berhasil. Atau sebaliknya, bila
suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
5)
Belajar saling bertukar perasaan dan masalah. Seorang anak lebih nyaman berbagi
dengan temannya karena temannya biasanya lebih mengerti dirinya dan persoalan
yang dihadapinya. Mereka saing menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak
bisa mereka ceritakan pada orang tua maupun guru mereka. Dalam peer group, individu dapat
mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan
dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
6)
Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap
dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi
orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang
dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa
mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
7)
Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.
Kebebasan di sini diartikan sebagai
kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau menemukan identitas diri. Karena
dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan
keinginan yang sama. Berbeda
dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk
mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu
berada di atas dunia anak sebaya.
8)
Belajar mengontrol tingkah laku sosial. Dalam peer group seorang anak akan lebih mudah dalam
pengawasannya, karena tingkah aku setiap individu menunjukan perilaku umum dari
kelompoknya. Hal ini mempermudah pengawasan bagi orang tua maupun guru.
Di
dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Dengan adanya kelompok
sosial seperti peer group tersebut akan memberikan ruang dan waktu
kepada individu untuk berubah dan berkembang sesuai dengan tingkat usia dan
perkembangan pribadinya dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan mengalami
perubahan dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan menjadi lebih
luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan perubahan sikap
dan perilakunya.
Dalam
peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha untuk dapat
setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam kelompok, seperti belajar
untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik, memberikan konstribusi dan pengaruh
terhadap kelompok dengan suasana yang menyenangkan dan penuh dengan keleluasaan
dan kebebasan dalam menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya.
C. Ciri-ciri Peer Group
Adapun ciri-ciri peer group adalah sebagai
berikut :
1. Tidak
mempunyai struktur organisasi yang jelas.
Maksudnya kelompok
teman sebaya terbentuk secara spontan. Diantara anggota kelompok mempunyai
kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap
sebagai pemimpin yang dianggap oleh semua anggota bahwa dia memang pantas
dijadikan sebagai pemimpin. Pemimpin
biasanya adalah orang yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan
fungsinya.
2. Bersifat
sementara.
Karena tidak ada
struktur organisasi yang jelas, kelompok ini tidak bisa bertahan lama.
3. Peer
group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.
Misalnya teman sebaya
di sekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, yang
mempunyai aturan atau kebiasaan yang berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya
dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung
tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok, kemudian
dijadikan kebiasaan kelompok.
4. Anggotanya
adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anak-anak usia SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan
tujuan serta kebutuhan yang sama (Santoso,1999: 87-88)
D. Hakikat Peer Group
1.
Peer group bagaimanapun
juga terbentuk mulai dari kelompok informal ke organisasi. Semula individu yang
bukan anggota kelompok sekarang menjadi anggota kelompok teman sebayanya.
Anak-anak sebaya akan berinteraksi dengan anggota teman sebayanya, sehingga ia
bertumbuh di dalamnya.
2.
Peer group mempunyai
aturan-aturan tersendiri baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini juga dimiliki
oleh organisasi sosial lainnya dan merupakan harapan bagi anggota kelompoknya.
Aturan-aturan itu, misalnya bagaimana menolong teman sekelompoknya atau
bagaimana memanggil teman bila bertemu di jalan.
3.
Peer group menyatakan
tradisi-tradisi mereka, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa mereka.
Karena dalam peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri
maka mereka juga ingin menunjukkan ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau
kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam berpakaian,
berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.
4.
Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya
disetujui oleh harapan-harapan orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya
seperti kelompok bermain di sekitar anak secara tidak langsung disetujui oleh
orang tua, karena orang tua mudah mengawasinya. Atau kelompok teman di
sekolahnya disetujui oleh guru, karena memenuhi harapan guru agar anak
berkembang hubungan sosialnya.
5.
Pada kenyataannya peer group diketahui dan diterima oleh sebagian
besar orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering
tidak dikenal oleh anak. Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya
seperti keluarga atau sekolah, maka peer
group anak belajar tentang
hubungan sosialnya dari yang sempit sampai hubungan sosialnya yang semakin
luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman sekolahnya dan hal ini dapat
diketahui dan diterima oleh orang tua dan guru.
6.
Secara kronologis, peer group adalah lembaga kedua yang utama untuk
sosialisasi. Biasanya antara usia 4-7 tahun dunia sosial anak berubah secara
radikal dari dunia sempit dalam keluarga menuju dunia yang lebih luas dalam peer group. Jadi anak
berkembang dari lembaga pertama yaitu keluarga menuju lembaga kedua dalam peer groupnya.
E. Bentuk-Bentuk Peer Group
Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan
kelompok ini bisa beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi
antar anggotanya. Hurlock pun menggolongkannya sebagai berikut :
1. Teman
Dekat
Terdiri
dari dua atau tiga orang yang mempunyai jeis kelamin, minat dan kemampuan yang
hampir sama. Jarang sekali orang yang berbeda kelamin bisa berteman dekat.
Relative sedikit penelitian yang dilakukan pada hubungan semacam ini, tetapi
baru-baru ini dilaporkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam harapan
mereka mengenai pertemanan awan jenis (Bleske-Rechek & Brush, 2011).
Contohnya laki-laki cenderung memulai pertemanan semacam itu jika perempuannya
menarik, dan mereka mengharapkan tumbuhnya hubungan yang mengandung unsure
seksual. Jika keintiman secara fisik tidak ada, laki-laki mempersepsikan hal
ini sebagai alsan untuk menghentikan hubungan tersebut. Perempuan sebaliknya,
cenderung memulai hubungan semacamini untuk memperoleh perlindungan fisik, dan
tanpa adanya perlindungan semacam ini, meeka merasa berhak menghentikan
hubungan tersebut
2. Kelompok
kecil
Terdiri
dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri dari jenis
kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
3. Kelompok
besar
Terdiri
dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu berkembang dengan
meningkatnya minat dan interaksi antar mereka. Karena kelompok ini besar, maka
penyesuaian minat antar anggotanya berkurang sehingga terdapat jarak social
yang lebih besar di antara mereka.
4. Kelompok
yang terorganisir
Kelompok
ini mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan yang jelas dan
terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan social para remaja yang masih berada dibawah bimbingan dan pengawasan
orang dewasa sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini sering bosan karena
selau diatur dan dibatasi ruang geraknya.
5. Kelompok
geng
Kelompok
ini biasanya terbentuk karena adanya penolakan atau perasaan tidak puas dengan
kelompok terorganisir. Terdiri dari anak-anak berjenis kelamin sama dan minat
terhadap penolakan melalui perilaku anti sosial.
F.
Pengaruh Perkembangan Peer Group
Pengaruh perkembangan peer group meliputi dua hal, yaitu pengaruh peer group terhadap kelompoknya dan terhadap
individu dalam kelompok. Menurut Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:
1. Kelas-kelas
sosial.
Pembentukan
kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial ekonomi individu, sehingga
dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
2. In dan Out group
In group adalah
teman sebaya dalam kelompok. Out group adalah teman sebaya di luar
kelompok. Contoh yang mudah mengenai In dan Out group ini dapat kita rasakan dalam
kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman
yang akrab tersebut dinamakan ingroup
dan teman yang lainnya kita sebut Out group.
Selain itu, Slamet Santoso (2004)
menyatakan pengaruh dari perkembangan peer
group terhadap individu dan
kelompok ada yang positif dan negatif, yaitu :
1. Pengaruh
positif dari peer group adalah:
a. Apabila
individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan
yang akan datang.
b. Individu
dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan
c. Bila
individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat
membentuk masyarakat yang akan
direncanakan sesuai dengan kebudayanan yang mereka anggap baik
d. Setiap
anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih bakatnya
e. Mendorong
individu untuk bersifat mandiri.
f. Menyalurkan
perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok (Santoso,1999: 88)
2. Pengaruh
negatif dari peer group adalah :
a. Sulit
menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan
b. Tertutup
bagi individu lain yang tidak termasuk anggota
c. Menimbulkan
rasa iri pada anggota satu dengan yang
lain yang tidak memiliki
kesamaan dengan dirinya
d. Timbul
persaingan antar anggota kelompok
e. Timbul
pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok kaya dengan
kelompok miskin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar