Rabu, 30 Maret 2016


                     Peer group atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah kelompok teman sebaya, yaitu individu yang usianya hampir sama dan terikat dengan kepentingan bersama. Menurut Santoso (Marsito dkk, 2012), peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana mereka dapat berinteraksi. Menurut Mappiare (Baihaqie, 2012), kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander “peer group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung. Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada kelompok pertemanan”. Sedangkan menurut Vembriarto (Baihaqie, 2012), kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya.
Kelompok teman sebaya merupakan kelompok remaja dengan siapa mereka mengidentifikasi dirinya dan mengambil standar, biasanya teman seusia, dua tahun lebih muda atau lebih tua usianya, terdiri dari teman sekelas atau lain kelas. Mereka merupakan teman sepermainan atau teman sekelas pada satu sekolah atau keduanya.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan peer group atau kelompok teman sebaya merupakan persahabatan kelompok tertentu yang beranggotakan anak-anak, remaja, atau dewasa dengan umur yang relatif sama dengan kepentingan dan tujuan yang sama sehingga sehingga membentuk sikap dan tingkah laku serta mempunyai hukum dan norma yang dibuat bersama baik digunakan di lingkungan sekolah, tempat tinggal, maupun tempat bermain.

B.  Fungsi Peer Group
Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga mempunyai fungsi dan peranan. Perlu diketahui lebih dahulu tentang pengertian peer group yaitu kelompok anak sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal-hal yang menyenangkan saja. Menurut Santoso (1999: 85-87) Fungsi dan peranan peer group tersebut adalah sebagai berikut :
1) Mengajarkan kebudayaan.
                Dalam peer group ini diajarkan  kebudayaan yang berada di tempat itu.
Misalnya: orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
2) Mengajarkan mobilitas sosial.
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Seorang anak akan senang bila masuk kedalam kelompok sebaya yang memiliki status social yang lebih tinggi. Dengan masuk dalam status social yang lebih tinggi maka status mereka juga akan meningkat.seorang anak yang berada dalam peer group status sosialnya akan lebur mnjadi satu bagian dengan kelompoknya, karena identitas kelompokna berarti identitas dirinya.
3) Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan kesempatan bagi    anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin kelompok yang baik.
4) Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk     masyarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. Peer group di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer group itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
5) Belajar saling bertukar perasaan dan masalah. Seorang anak lebih nyaman berbagi dengan temannya karena temannya biasanya lebih mengerti dirinya dan persoalan yang dihadapinya. Mereka saing menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang tua maupun guru mereka. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
6) Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
7) Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.
8)   Belajar mengontrol tingkah laku sosial. Dalam peer group seorang anak akan lebih mudah dalam pengawasannya, karena tingkah aku setiap individu menunjukan perilaku umum dari kelompoknya. Hal ini mempermudah pengawasan bagi orang tua maupun guru.
Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Dengan adanya kelompok sosial seperti peer group tersebut akan memberikan ruang dan waktu kepada individu untuk berubah dan berkembang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan pribadinya dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan mengalami perubahan dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan menjadi lebih luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilakunya.
Dalam peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha untuk dapat setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam kelompok, seperti belajar untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik, memberikan konstribusi dan pengaruh terhadap kelompok dengan suasana yang menyenangkan dan penuh dengan keleluasaan dan kebebasan dalam menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya.

C.   Ciri-ciri Peer Group
Adapun ciri-ciri peer group adalah sebagai berikut :
1.      Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.
Maksudnya kelompok teman sebaya terbentuk secara spontan. Diantara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin yang dianggap oleh semua anggota bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin. Pemimpin biasanya adalah orang yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan fungsinya.
2.      Bersifat sementara.
Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, kelompok ini tidak bisa bertahan lama.
3.      Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.
Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang      berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau kebiasaan yang berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok, kemudian dijadikan kebiasaan kelompok.
4.      Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anak-anak usia SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama (Santoso,1999: 87-88)

D.  Hakikat Peer Group
1.      Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai dari kelompok informal ke organisasi. Semula individu yang bukan anggota kelompok sekarang menjadi anggota kelompok teman sebayanya. Anak-anak sebaya akan berinteraksi dengan anggota teman sebayanya, sehingga ia bertumbuh di dalamnya.
2.      Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini juga dimiliki oleh organisasi sosial lainnya dan merupakan harapan bagi anggota kelompoknya. Aturan-aturan itu, misalnya bagaimana menolong teman sekelompoknya atau bagaimana memanggil teman bila bertemu di jalan.
3.      Peer group menyatakan tradisi-tradisi mereka, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa mereka. Karena dalam peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri maka mereka juga ingin menunjukkan ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.
4.      Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya disetujui oleh harapan-harapan orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya seperti kelompok bermain di sekitar anak secara tidak langsung disetujui oleh orang tua, karena orang tua mudah mengawasinya. Atau kelompok teman di sekolahnya disetujui oleh guru, karena memenuhi harapan guru agar anak berkembang hubungan sosialnya.
5.      Pada kenyataannya peer group diketahui dan diterima oleh sebagian besar orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering tidak dikenal oleh anak. Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah, maka peer group anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang sempit sampai hubungan sosialnya yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman sekolahnya dan hal ini dapat diketahui dan diterima oleh orang tua dan guru.
6.      Secara kronologis, peer group adalah lembaga kedua yang utama untuk sosialisasi. Biasanya antara usia 4-7 tahun dunia sosial anak berubah secara radikal dari dunia sempit dalam keluarga menuju dunia yang lebih luas dalam peer group. Jadi anak berkembang dari lembaga pertama yaitu keluarga menuju lembaga kedua dalam peer groupnya.

E.  Bentuk-Bentuk Peer Group
Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan kelompok ini bisa beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi antar anggotanya. Hurlock pun menggolongkannya sebagai berikut :
1.      Teman Dekat
Terdiri dari dua atau tiga orang yang mempunyai jeis kelamin, minat dan kemampuan yang hampir sama. Jarang sekali orang yang berbeda kelamin bisa berteman dekat. Relative sedikit penelitian yang dilakukan pada hubungan semacam ini, tetapi baru-baru ini dilaporkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam harapan mereka mengenai pertemanan awan jenis (Bleske-Rechek & Brush, 2011). Contohnya laki-laki cenderung memulai pertemanan semacam itu jika perempuannya menarik, dan mereka mengharapkan tumbuhnya hubungan yang mengandung unsure seksual. Jika keintiman secara fisik tidak ada, laki-laki mempersepsikan hal ini sebagai alsan untuk menghentikan hubungan tersebut. Perempuan sebaliknya, cenderung memulai hubungan semacamini untuk memperoleh perlindungan fisik, dan tanpa adanya perlindungan semacam ini, meeka merasa berhak menghentikan hubungan tersebut
2.      Kelompok kecil
Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3.      Kelompok besar
Terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu berkembang dengan meningkatnya minat dan interaksi antar mereka. Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat antar anggotanya berkurang sehingga terdapat jarak social yang lebih besar di antara mereka.
4.      Kelompok yang terorganisir
Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan yang jelas dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan social para remaja yang masih berada dibawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini sering bosan karena selau diatur dan dibatasi ruang geraknya.
5.      Kelompok geng
Kelompok ini biasanya terbentuk karena adanya penolakan atau perasaan tidak puas dengan kelompok terorganisir. Terdiri dari anak-anak berjenis kelamin sama dan minat terhadap penolakan melalui perilaku anti sosial.

F.   Pengaruh Perkembangan Peer Group
Pengaruh perkembangan peer group meliputi dua hal, yaitu pengaruh peer group terhadap kelompoknya dan terhadap individu dalam kelompok. Menurut Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:
1.      Kelas-kelas sosial.
Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
2.      In dan Out group
In group adalah teman sebaya dalam kelompok. Out group adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai In dan Out group ini dapat kita rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan ingroup dan teman yang lainnya kita sebut Out  group.
Selain itu, Slamet Santoso (2004) menyatakan pengaruh dari perkembangan peer group terhadap individu dan kelompok ada yang positif dan negatif, yaitu :
1.      Pengaruh positif dari peer group adalah:
a.    Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan     lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
b.    Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan
c.    Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk    masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayanan yang mereka anggap baik
d.   Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih  bakatnya
e.    Mendorong individu untuk bersifat mandiri.
f.     Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok (Santoso,1999: 88)
2.      Pengaruh negatif dari peer group adalah :
a.    Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan
b.    Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota
c.    Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang  lain yang tidak memiliki       kesamaan  dengan dirinya
d.   Timbul persaingan antar anggota kelompok
e.    Timbul pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok kaya dengan kelompok miskin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar